Senin, 03 Mei 2010

bioteknologi pertanian

Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian di Indonesia

(Novianti Sunarlim dan Sutrisno)

Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor

ABSTRACT

Research Development of Agricultural Biotechnology in Indonesia. Novianti Sunarlim and Sutrisno. Research in agricultural biotechnology has been developed since the end of 20′” century. In 1985, National Committee was formed under the Minister of Research and Technology. Research in agricultural biotechnology has been increased since Riset Unggulan Terpadu (RUT) under Dewan Riset Nasional and Hibah Bersaing in university were given, which make research program that more than one year were possible to do with a continues fund. Research in plant biotechnology were focused on plant improvement, such as pest and disease resistance, were done for rice, soybean, sweet potato, sugar cane, and chocolate and virus resistance for groundnut, tobacco, papaya, potato, and chili. While in animal science, research in biotechnology were focused on production technology, such as artificial insemination and embryo transfer in dairy cow, and also for food enriched by producing probiotics and enzymes. Even though in theory genetic engineering on cattle has a good impact for the future, several problems (i.e. technical, economics, and social) need a careful consideration, in aquaculture, biotechnology research has been conducted for genes transfer to improve resistance to disease and to promote growth. Biotechnology also used to produce vaccines and to detect virus with accuracy and faster. To anticipate problems that might be occur in application of biotechnology, government has issued biosafety regulation.

Key words: Biotechnology, research, output, biosafety

Sejak pertanian dimulai 5.000-10.000 tahun yang lalu manusia sudah mempunyai naluri untuk memilih dan menggunakan benih yang unggul. Mereka mengetahui bahwa keturunan yang baik akan ditentukan oleh induk yang baik, karena sifat dari induk (tetua) diwariskan kepada anaknya. Kenyataan inilah yang mendasari berkembangnya bidang pertanian. Teknologi genetika merupakan cabang ilmu pertanian yang berkernbang cepat pada abad ini yang mengubah sistem produksi tanaman, ternak, dan ikan menjadi industri biologi yang lebih baik dan iebih adaptif terhadap lingkungan tumbuh. Penerapan teknologi genetika dengan perubahan bentuk menjadi ideal pada tanaman, ternak dan ikan telah meningkatkan produksi pertanian pada abad ini (Budianto, 2000).
Teknologi genetika memicu terjadinya revolusi hijau (green revolution) yang berjalan sejak 1960-an. Dengan adanya revolusi hijau ini terjadi pertambahan produksi pertanian yang berlipat ganda sehingga dapat tercukupi bahan makanan pokok asal serealia. Untuk dapat mempertahankan keberlanjutan revolusi hijau, Sumarno dan Suyamto (1998) menganjurkan rumusan agroekoteknologi yang menekankan pada tindakan bersama antara sistem produksi dan perawatan sumber daya lahan (Budianto, 2000).